Kain Bentenan Sulut


Indonesia terkenal dengan berbagai batik dan kerajinan kainnya yang dihasilkan dari berbagai pelosok daerah. Dimana dipulau jawa terkenal dengan batiknya yang beragam, suku Batak di Sumatra Utara sana terkenal dengan kain Ulonnya, tapi jangan salah tanah leluhur kita Minahasa ini juga memiliki produksi kain yang tidak kalah kualitasnya       Kain Bentenan satu-satunya hasil kerajinan menenun orang Minahasa memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang. Kerajinan tenun Bentenan diperkirakan sama tuanya dengan kebudayaan Minahasa yang dikatakan sering menyertai kehidupan adat Minahasa  yang nampak pada upacara-upacara penting. Kain Bentenan selalu tampil tidak hanya sekedar pakaian upacara, maupun untuk keperluan ritual lainnya akan tetapi berkaitan dengan prinsip hidup yang dilakoni masyarakat pada waktu itu.  Seperti pada upacara pengobatan, kain Bentenan biasanya menjadi pakaian adat pemimpin upacara seperti Walian dan Tonaas, atau jika akan berperang menghadapi musuh kain Bentenan dikenakan sebagai ikat pinggang yang dipercaya sangat ampuh untuk mematahkan serangan lawan, dengan kata lain orang yang mengenakan ikat pinggang kain Bentenan kebal terhadap senjata lawan. Hal ini sesuai dengan yang diceritakan, bahwa dulu pembuatan kain tenun ini  sangat sakral sebelum mulai menenun biasanya penenun menyanyikan lagu Ruata dengan tujuan menyampaikan permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk membantu proses tenun kain tersebut.
Tiga jenis kain tenunan yang dapat ditunjukkan, berhubungan dengan nama kain Bentenan; Tonilana, kain katun dengan bentuk seperti tulang rusuk yang saling berhadapan melengkung dan memiliki garis-garis berwarna yang membentang secara membujur; Kaiwu, kain katun dengan bentuk seperti tulang rusuk berhadapan melengkung dengan dekoratif ikat yang melengkung; dan Pinatikan, kain katun yang dihiasi dengan garis-garis zig-zag, bentuk seperti belah ketupat dan seperti sarang lebah yang dihasilkan dengan cara-cara khusus dengan mengapungkan ujung-ujung lengkungan. Berikut diuraikan nama-nama kain menurut motif dan warna :
  1. Kokerah
    Kokerah adalah jenis tenun yang dikombinasi dengan teknik menyulam yang menggunakan benang khusus, diberi sulaman manik-manik yang disebut sendem dan butiran emas sebesar padi disebut kamagi.

  2. Ka’iwu Patola
    Ka’iwu  Patola adalah kain yang ditenun dengan motif yang meniru motif kain patola asal India. tapi ini juga bagian dari corak Ular piton, karena dalam bahasa Minahasa Piton biasa disebut Patola

  3. Tinonton Mata
    Tinonton mata adalah kain dengan motif gambar manusia berkelamin laki-laki dengan satu titik ditubuh dan gambar wanita  dengan tiga titik yang merupakan simbol satu titik adalah puser dan dua titik adalah payudara.

  4. Tinompak Kuda
    Tinompak kuda berasal dari kata sempak yang berarti muncul atau memunculkan simbol-simbol lain selain simbol manusia (human figure). Misalnya dengan menambahkan motif pakis hutan (flora), ekor ikan (fauna).

  5. Pinatikan
    Pinatikan berasal dari kata pantik yang berarti titik-titik dan garis-garis kecil dan motif bunga-bunga kecil.

  6. Sinoi atau Sinei
    Sinoi berasal dari kata rei ‘- dei’- zei’ atau tidak hal ini berarti kain jenis ini ditenun tanpa motif . Jika menggunakan warna merah, merah polos tanpa motif, bisa juga berwarna hitam. Biru, kuning atau bergaris-garis warna-warni seperti kain lurik di Jawa.

  7. Tonilama
    Tonilama berasal dari kata lamek yang berarti tanpa titik, tanpa garis seperti permukaan daun muda pohon enau. Tonilama berwarna putih polos yang tidak diberi pewarna apapun, tetapi warna asli dari warna kapas atau oleh orang Minahasa disebut kulo.

Pesona kain Bentenan yang dikatakan pernah hilang dan terlupakan selama ± 200 tahun, kini mulai diproduksi lagi dan mendapat sambutan serta dukungan dari masyarakat Minahasa khususnya dan Sulawesi Utara umumnya. Kekayaan budaya warisan leluhur Minahasa ini kembali diperkenalkan dalam bentuk produk kain yang dikerjakan secara modern. Bertolak dari hal ini orang Minahasa yang mencintai karya seni budayanya,  saat ini melakukan upaya mengembangkan dan melestarikan tenun kain Bentenan melalui berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun oleh Lembaga Adat Minahasa, agar industri kerajinan ini dapat tetap bertahan dan berkembang sehingga mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan ekonomi masyarakat Sulawesi Utara. Upaya yang dilakukan pemerintah saat ini dengan membentuk kelompok-kelompok binaan  yang saat ini masih terkonsentrasi di desa Bentenan. Selain itu membahas hasil-hasil penelitian tentang kain tradisional Minahasa yang diseminarkan di berbagai forum baik di Manado maupun di Jakarta, juga diadakan pameran dan promosi sebagai upaya memperkenalkan kembali kain Bentenan.  ( Ricky FS Rumagit )
dan perlu diketahui artikel ini diambil dari http://www.insidemanado.com

berikut gambar kain bentenan dari SULUT
  

semoga bermanfaat

Related

tentang budaya choy 7324253719314969677

Posting Komentar

emo-but-icon

Popular Posts

LABEL

item