ESTETIKA

           Estetika merupakan bidang studi filsafat manusia yang mempersoalkan hal ihwal nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
            Bagi ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu, filsafat berfungsi sebagai pengingat kearah keseragaman dan kesatuan. Keanekaragaman ilmu pengetahuan yang berada secara terpisah-pisah antara satu dengan yang lain itu menjadi seragam dan tertata secara tertib dan harmonis dalam kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh di dalam obyek, metode dan teori filsafat.
             Adapun tatanan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu dapat digambarkan sebagai berikut. Pangkal segala macam ilmu pengetahuan adalah (ontology/metafisika umum). Pada waktu filsafat mempersoalkan manusia, alam dan Tuhan Sang Pencipta, maka muncul cabang-cabang besar seperti filsafat manusia (the philosophi of human being), filsafat alam (cosmologi), dan filsafat ke-Tuhanan (the philoshpy of God). Ketika unsure-unsur manusia itu dipersoalkan, maka akan lahir cabang-cabang kecil filsafat, seperti filsafat kejiwaan, filsafat social, filsafat agama, filsafat nilai dan sebaganya. Begitu pula dengan unsur-unsur  alam ketuhanan itu, yang juga akan memunculkan cabang-cabang kecil filsafat.
             Selanjutnya, obyek-obyek itu dipersoalkan bukan lagi tentang hakikatnya, melainkan sifat-sifat keberadanya, sehingga muncullah berbagai ilmu pengetahuan empiris, seperti antropologi, fisika, kimia, matematika, teologi dan sebagainya. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan empiris ini berkembang menjadi semakin-pragmatis yang bertujuan untuk mengatasi persolan-persoalan konkret, yaitu demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Yang termasuk kedalam ilmu pengetahuan ini adalah teknologi dengan berbagai jenisnya.
            Jadi, tatanan ilmu pengetahuan itu tersusun dari jenis-jenis kefilsafatan, yaitu sebagai sumber yang membangun dasar-dasar teori yang objektif, seperti yang dikembangkan oleh berbagai ilmu pengetahuan empiric-positif. Kemudian, teori-teori objektif itu dipakai sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan terapan (teknologi) yang bersifat praktis-pragmatik itu.
            Dengan berpangkal dari filsafat ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu, maka tertatalah suatu jalinan hubungan yang tertib (menurut posisi masing-masing), harmonis dan dinamis (masing-masing saling memberikan arti dan fungsi), sehingga mengandung nilai keindahan.
                                    
A. Pengertian Estetika
            Estetika dari kata Yunani aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentag keindahan. Objek dari estetika adalah penagalaman akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakekat keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmanidan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselelidiki emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.
            Estetika dibagai dua yaitu estetika deskriptif dan estetika normative. Estetika deskriptif adalah menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika normative adalah mencari dasar pengalaman itu.
            Filsuf Hegel dan Schopenhauer mencoba untuk menyusun hierarki bentuk-bentuk estetika. Hegel membedakan suatu rangkaian seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada puisi. Makin kecil unsur materi dalam suatu rangkaian seni, makin tinggi tempatnya atas tangga hierarki. Adapun Schophennhauer melihat suatu rangkaian yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada musik.musik mendapat tempat istimewa dalam estetika. Banyak pemikir dari sejarah telah berbicara tentang musik, dari Konfisius, Plato dan Aristoteles sampai Schopenhaeur, Nitszhe dan Popper (Harry Hamersma, 1988, Hlm 24-25)

B. Keindahan
            Keindahan menurut etimologi berasal dari kata latin  bellum akar kata dari bonum yang berarti kebaikan. Menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the beautiful).
            Keindahan menurut dalam arti luas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1.      Keindahan dalam arti yang terluas.
Bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria untuk keidahan berdasarkan penglihatan, harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Plato menyebut tentang watak yang indah dan hokum yang indah. Aristoteles menyebut keindahan sebagai suatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menyebut ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Jadi, pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, alam, moral dan intelektual.
2.      Keidahan dalam arti estetis murni.
Keindahan dalam arti estetis murni adalah menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya.
3.      Keidahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keidahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan adalah suatu keindahan yang hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan berupa keindahan dari bentuk dan warna. (masih mau disambung)

C. TEORI KEINDAHAN

1. Teori Subektif dan Obyektif
Kalau estesis dirumuskan cabang filsafat yang berhubungan dengan teori keindahan, definisi keindahan memberi tahu orang yang mengenali apakeindahan itu dan teori keindahan menjelaskan bagaimana keindahan itu.
Persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan “ apakah keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut?.
Dalam sejarah estesis menimbulkan dua kelompok teori yang terkenal, yaitu teori subyektif dan teori obyektif  tentang keindahan. Teori obyektif dianut oleh Plato, Hegel, dan Bernard Bosanquet. Para filsuf itu disebut obyectif aestheticianc(ahli-ahli estesis obyektif). Teori obyektif didukung antara lain Henry Home, Earl of Shaftesburi, dan Edmund Burke. Filufnya disebut subyektif aestheticians (ahli-ahli estsis subjektif).
Teori obyektif berpendapat, keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estesis adalah sifat (kualitas) yang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yangmengamatinya. Pengamatan seseorang hanyalah menemukan atau menyingkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk mengubahnya. Persoalannya adalah cirri-ciri khusus manakah yang membuat sutu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estesis. Salah satu jawabannya adalah perimbangan antara bagian-bagian indah dalam benda itu. Sebagian filsuf seni dewasa ini memberikan jawaban nilai estesis itu tercipta dengan terpengaruhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda (khususnys karya seni yang diciptakan oleh seseorang).
Teori subyektif menyatakan bahwa cirri-ciri ang menciptakan keindahan pada sesuatu benda sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan darisi pengamat itu. Kalaupan ditanyakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estesis, hal ini diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh pengalaman estesis sebagai tanggapan terhadap benda itu.
Selain dua teri diatas masih ada satu teori lagi oleh The Liang Gie disebut teori campuran. Teori campuran, keindahan terletak dalam suatu hubungan diantara sesuatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya, misalya berupa menyukai atau menikmati benda itu. Jadi, sesuatu benda mempunyai ciri tertentu dan ciri itu dengan melalui pencerapan muncul dalam kesadaran seseorang sehingga menimbulkan rasa menyukai atau menikmati benda itu. (The Liang Gie, 1983, hlm. 41-42).

2. Teori Perimbagan                     
Teori perimbangan tentang keindahan oleh Wladylaw Tatarkiewiez disebut Teori agung tentang keindahan (the great theory of beauty) atau dapat juga teori agung mengenai mengenai estesis Eropa. Teri agung tentang kendahan menjelaskan bahwa, keindahan terdiri atas perimbangan dari bagian-bagian, atau lebih cepat lagi terdiri atas ukuran, persamaan dan jumlah dari bagian-bagian serta hubungannya satu sama lain. Contoh, arsitektur orang-orang Yunani. Keindahan dari se buah atap tercipta dari ukuran, jumlah dan susunan dari pilar-pilar yang menyangga atap itu. Pilar-pilar itu mempunyai perimbangan tertentu yang tepat dalam ber bagai semestinya.
Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan matematis yang cermat sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur danpelbagai penguran proporsi ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah. Menurut teri proporsi keindahan terdapat dalam Sesutu benda yang bagian-bagiannya memiliki hubungan satu sama lain sebagai bilangan-bilangan kecil. (The Liang Gie, 1983, hlm. 42-45).
 3. Teori Bentuk Estestis
De Witt H. Parker memeras cirri-ciri umum dari bentuk estetis menjadi enam asas, yaitu sebagai berikut.
 a. Asas Kesatuan Utuh
Asas ini berarti setiap unsure dalam karya seni adalah perlu agi nilai karya itu dan karya tersebut tidak memuat unsure-unsur yang tidak perlu, sebaliknya mengandung semua yang tidak diperlukan. Nilai dari suatu karya sebagai keseluruhan tergantung pada hubungan timbale balik dari unsure-unsur tersebut, yakni setiap unsur memerlukan, menanggapi, dan menuntut setiap unsure lainnya.

b. Asas Tema
Dalam setiap karya seni terdapat satu (atau beberapa) ide induk atau peranan yang unggul berupa apa saja (bentuk, warna, pola irama, tokoh atau makna) yang menjadi titik pemusatan dari nilai keseluruhan karya itu. Ini menjadi kunci bagi penghargaan dan pemahaman orang terhadap karya seni itu.
c. Asas Variasi Menurut Tema
Tema dari karya seni harus disemprnakan dan diperbagus dengan terus-menerus mengumandangkannya. Agar tidak menimbulkan kebosanan pengungkapan tema harus tetap sama itu perlu dilakukan dalam berb agai variasi.
d. Asas keseimbangan
Keseimbangan merupakan kesamaan dari unsure-unsur yang berlawanan atau bertentangan. Dalam karya seni walaupun ada unsure-unsur yang tampaknya bertentangan, tetapi sesungguhnya saling memerlukan karna menciptakan suatu kebulatan. Unsur yang saling berlawanan itu tidak memerlukan sesuatu yang sama, melainkan yang utama adalah keasamaan dalam nilai. Dengan kesamaan dari nilai-nilai yang saling bertentangan terdapatlah keseimbangan secara estetis.
e. Asas perkembangan
            asas ini dimaksudkan oleh Parker bahwa kesatuan dari proses yang bagian awalnya menentukan bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh. Misalnya, dalam sebuah cerita hendaknya terdapat suatu hubungan sebab akibat atau rantai tali-temali yang perlu ciri pokok berupa pertumbuhan atau himpunan dari makna keseluruhan.
f. asas tata jenjang
            asas yang terakhir ini merupakan penyusunan khusus dari unsure-unsur dalam asa tersebut. Dalam karya seni yang rumit kadang-kadang terdapat satu unsur yang bersangkutan dan mempunyai kepentingan yang jauh lebih besar dari pada unsu-unsur lainnya. (the Liang Gie, 1976, hlm. 45-48)

            dari keenam asas diatas menurut Parker diharapkan menjadi unsure dari logika tentang bentuk estetis.
            Teori lain dikemukakan Monroe Beardsley, menjelaskan adanya tiga cirri yang menjadi sifat-sifat ‘membuat baik (indah)’ dari benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri itu adalah sebagai berikut.
a. keasatuan (unity)
            berarti benda estetis itu tersusun secara baik atau sempurna bentuknya.
b. kerumitan (complexity)
            benda estetis atau karya seni kaya akan isi dan unsure yang saling berlawanan serta mengandung perbedaan-perbedaan yang halus.
c. sungguhan (intensity)
            benda estetis yang abik harus mempunyai kualitas tertentu yang menonjol bukan sekedar sesuatu yang kosong. Kualitas itu tidak menjadi masalah apa yang ikandungnya (misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar), asalkan menjadi sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh.( The Liang Gie, 1983, hlm. 46-48)

D. Pengalaman Estesis
            Pengalaman estesis merupakan tanggapan seseorang terhadap benda yang bernilai estetis. Hal ini menjadi persoalan psikologi. Ciri-ciri pengalaman estetis adalah sifat tidak berkepentingan dari pengamatan terhadap benda estetis tanpa adanya tujuan apapun kecuali pewngamatan itu sendiri.
            John Hospers menyebutkan bahwa perbuatan ini mencerap demi pencerapan atau juga pencerapan demi untuk pencerapan itu sendiri dan tidak untuk keperluan sesuatu maksud yang lebih jauh.

Teori pengalaman estetis

            Ketidak puasan dengan teori-teori keindahan yang ada, ahli estetis mencar teori mengenai pengalaman estetis untuk menjelaskan perasaan puas (menyenangkan) yang dinikmati seseorang jika mengamati suatu benda estetis. Salah satu pendapat yang sangat terkenal dan mempunyai pengaruh besar selama puluhan tahun dalam estetis adalah teori tentang Einfuhlung. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Friedrich T. Vischer (seorang guru besar jerman) dan kemudian dikembangkan oleh Theodor Lipps dalam bukunya berjudul Aesthetik. Einfuhlung diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi empathy. Istilah lainnya introjection, autoprojection, dan symbolic sympathy. Einfuhlung berarti keadaan merasakan diri sendiri kedal;am sesuatu hal, yakni dari kata kerja sich einfuhlen berarti merasakan diri sendiri dalam (sesuatu). Jadi, teori Einfuhlung adalah teori pemancaran perasaan diri sendiri kedalam benda estetis.(The Liang Gie, 1983).
          Teori Lipps garis besarnya menyatakan: “kegiatan estetis adalah kegiatan seseorang yang memproyeksikan perasaannya kedalam suatu karya seni dan timbul suatu emosi estetis khas karena perasaan itu menemukan suatu kepuasan atau kesenangan yang disebabkan oleh bentuk objektif dari karya seni tersebut”

Teori lain, yakni teori tentang jarak psikis dari Edward Bullough. Edward Bullough dengan mempergunakan metode instrospeksi dari psikologi (yakni pengamatan dengan jalan merenungkan pengalamannya sendiri). Bullogh berpendapat bahwa untuk menimbulkan pangalaman yang berhubungan dengan seni, orang justru harus menciptakan njarak psikis diantara dirinya dengan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi dirinya. Hal yang dapat mempengaruhi diri seseorang misalnya kegunaan dari sesuatu benda untuk keperluan atau tujuan orang itu. Menurut Bullogh, physical distance (jarak psikis) dapat dianggap salah satu ciri pokok dari kesadaran estetis. Sedalam ini adalah sikap mental terhadap dan tinjauan yang khusus mengenai pengalaman yang memperoleh pengungkapannya yang paling subur dalam berbagai bentuk seni.
Menurut Stephen Pepper, musuh dari pengalaman estetis adalah adanya kesenadaan (monoton) dan kekacau balauan (confusion). Untuk membatasi kedua factor yang mencegah atau merusak pengalaman estetis itu, dalam karya seni yang baik harus diusahakan adanya keanekaan (Variety) dan kesatuan (Unity) yang seimbang.(Kartini Parmono, 1985, hlm. 19-20)

E. filsafat Seni
            Filsafat seni merupakan salah satu cabang dari rumpun estetis filsafati yang khusus menelaah tentang seni. Lucius Garvin berpendapat, filsafat seni adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni, dan kritik seni. Joseph Brennand merumuskan: “penelaahan mengenai asas-asas umum dari penciptaan dan penghargaan seni”. (The Liang Gie, 1983, hlm. 59)
Persoalan-persoalan pokok dalam filsafat seni meliputi antara lain:
  1. Pengertian seni
  2. penggolongan jenis-jenis seni
  3. susunan seni. Ini mencakup problem-problem yang lebih terperinci tentang:
  1. pokok soal dan tema
  2. bahan dan unsure
  3. organisasi dan style
  1. nilai-nilai dan seni.
Selain empat hal diatas masih dapat ditambahkan teori-teori mengenai:
  1. asal mula seni
  2. sifat dasar dari seni
  3. bentuk dan pengungkapan dalam seni serta berbagai teori sejarah seni. (The Liang Gie, 1983, hlm 59)

  1. Pengertian seni
Apakah seni itu? Dijawab oleh para filsuf dan ahli estetis sepanjang masa dengan pilihan yang berbeda-beda. Menurut The Liang Gie ada lima jawaban mengenai pengertian seni sebagai berikut:
    1. seni sebagai kemahiran (skill)
pengertian seni sebagai suatu kemahiran seseorang adalah berasal (etimologi) kata art dari kata lati ars yang artinya menyambung atau menggabungkan. Untuk pengertian kemahiran, bangsa Yunani kuno memakai kata teachne yang kini menjadi teknik. Jadi, dari etimologi art dapat diartikan suatu kemahiran dalam membikin barang-barang atau mengerjakan sesuatu. William Flemming berpendapat, seni dalam artinya yang paling mendasar adalah suatu kemahiran atau kemampuan.batasan ini memang benar untuk kata asalnya dalam bahasa latin ars (kemahiran) maupun kata padanannya dalam bahasa Jerman kunst. Pengertian seni sebagai kemahiran kini umumnya dilawankan dengan ilmu (science). Ilmu mengajar seseorang untuk mengetahui dan seni mengajar seseorang untuk berbuat. Ilmu dan seni saling melengkapi. Missal, astronomi adalah ilmu dan pelayaran adalah seni. 
    1. Seni sebagai kegiatan manusia (human activity)
Yakni kegiatan menciptakan karya seni apapun. Pengertian seni sebagai suatu kegiatan manusia yang menciptakan sesuatu benda (indah atau menyenangkan) dilawankan dengan craft (kerajinan). Menurut Kahler, ciri yang membedakan art dengan craft adalah kegunaan praktis.
    1. Seni sebagai karya seni
Karya seni adalah produk dari kegiatan manusia. ini sesuai dengan pendapat John Hospers yang mengatakan: “dalam artian yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibikin oleh manusia untuk dilawankan dengan benda-benda yang alamiah”.
    1. Seni sebagai seni indah (fine Art)
Pengertian ini dipakai misalnya oleh ahli estetis Yervant Krikoriant. Seni indah dinyatakan sebagai; seni yang terutama bertalian dengan pembikinan benda-benda dengan kepentingan estetis sebagai mana berbeda dari seni berguna atau terapan yang maksudnya untuk kefaedahan. Seni indah itu yang mencakup seni lukis, pahat, arsitektur, musik, tari, teater, kesusastraan, film dan lain-lain
    1. Seni sebagai penglihatan (visual art)
Eugene Johnson berpendapat bahwa “seni sebagaimana paling umum dipergunakan dewasa ini, seni berarti seni penglihatan, yaitu bidang kreatifitas seni yang bermaksud mengadakan tata hubungan pertama-tama melalui mata”. Herbert Read berpendapat, kata seni paling lazim dihubungkan dengan seni-seni yang bercorak penglihatan atau plastis. (Kartini Parmono, 1985, hlm. 20-21)

  1. Penggolongan Seni
Penggolongan seni disesuaikan dengan ukuran yang dipergunakan masing-masing ahli estetis. Penggolongan itu sebagai berikut:
    1. Seni kasar (vulgar arts) dan seni bebas (liberal Arts)
Penggolonagan seperti ini sejak sejarah seni zaman Yunani kuno samapai zaman Romawi dan abad pertengahan. Seni kasar misalnya, pertukangan kayu, cocok untuk bujangan. Adapun seni bebas diperlukan untuk penendikan warga kota/Negara yang mempunyai kedudukan merdeka. Menurut Martianus Capell, seni bebas (Liberal Arts) diajarkan untuk kemahiran objektif (objektif skill) yang jumlahnya tujuh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu quadivium (empat serangkai): aritmatika, (logika), dan retorika (seni pidato yang indah). 
    1. Seni indah, seni berguna/seni terapan/seni praktis.
Seni indah seperti, seni lukis, seni pahat, arsitektur, musik, tari, dan sebagainya. Adapun seni berguna seperti mobil, pakaian, senjata, dan sebagainya.  
    1. Mayor Arts (seni besar) dan Minor Arts (seni kecil)
Mayot Arts meliputi seni lukis, seni pahat, arsitektur, musik, tari, dan lain sebagainya. Sedangkan Minor Arts meliputi perabotan kayu, tembikar, permadani, ukuran manikin, perhiasan emas, perak, dan pembuatan sebagian medali. Oswald Kulpe menganggap kelompok minor Art ini disebut seni hias (decoration)yang mengabdi kepada seni kegunaan.
    1. Seni dari segi pencerapan indrawi, pembagian medium (bahan) dan perpaduan unsure-unsurnya
Dari segi pencerapan indrawi, pembagian medium (bahan) dan perpaduan unsure-unsurnya. Oswald Kulpe membagi seni indah secara terperinci sebagai berikut.
1.      seni penglihatan (Visual Art)
2.      seni pendengaran (auditori Art)
3.      seni penglihatan-pendengaran (Visual-auditori Arts)
    1. berdasarkan corak irama dan macam bahan.
Dr. J. B. Kripping mengadakan pembagian seni berdasarkan corak irama dan macam bahan sebagai berikut.
1.      irama statis:
a.      dengan bahan yang menentukan ruang; benda mati seperti seni bangunan, benda hidup seperti seni pertamanan.
b.      Dengan bahan yang menentukan massa seni pahat
c.       Dengan bahan yang menentukan permukaan, seni lukis.
2.      irama dinamis.
a.      Dengan gerak dalam ruang; seni tari
b.      Dengan suara; kata; seni sastra, nada ; seni musik.
c.       Dengan gerak dalam permukaan (gambar yang dipancarkan): film. ( The Liang Gie, 1983, hlm. 64-67)

  1. Susunan Seni
Setiap karya seni merupakan ramuan dari sejumlah unsure yang bersama-sama menyusun dan mewujudkan karya itu. Dari sudut ini terhadap suatu karya seni dapatlah dipermasalahkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
    1. karya itu mengenai apa? Jawabannya menjadi pokok soal (Subjek Matter) dari karya seni. Pada karya-karya tertentu terdapat tema atau ide pokok yang menjadi landasannya.
    2. Karya itu terbuat dari apa? Ini persoalan bahan atau material dari karya seni tersebut.
    3. Karya itu bagaimana cara penyusunannya? Ini masalah pengorganisasian dari bahan atau segenap unsure-unsur sehingga menjadi suatu kebulatan yang utuh.
Medium (bahan) seni merupakan unsure yang mutlak, karena tanpa material tidak akan seni. Setiap medium seni mempunyai kualitas/ciri-ciri. Kualitas itu disebut unsure-unsur seni yang bersifat abstrak.
Seni lukis: warna, garis, dan perspektif.
Seni pahat: Volume, relief, dan perimbangan.
Seni musik: irama, keselarasan, dan tempo.
Dalam setiap karya seni, medium berukut unsure-unsurnya disusun dan disatu padukan menjadi sebuah organisasi menyeluruh dan tersusun dari keseluruhan hubungan satu sama lain antar unsur-unsur seni itu. (The Liang Gie, 1983, hlm. 67-72)
  1. Berbagai Aliran dalam Seni
Seni sebagai hasil kreasi manusia mempunyai bentuk dan corak yang beraneka ragam. Aliran-aliran dalam seni itu adalah sebagai berikut.
    1. Aliran Naturalisme
Bertujuan untuk melukiskan bentuk yang sewajarnya dengan mengindahkan perspektif garis dan warna serta anatominya.
    1. Aliran Ekspressionisme
Melukiskan jiwa atau pendapatnya tentang jiwa objek, cara memaknai ide itu terlepas dari pengaruh yang kebetulan dan disalurkan untuk dapat mencapai inti kerohaniannya.
    1. Aliran Impressionisme
Melukiskan kesan alam yang diterimanya dengan spontan, cepat dan pasti bagian yang kecil-kecil tidak diindahkan, yang dipentingkan keseluruhannya hingga suasana bentuk, gerak dan sinar itu dilukiskan tidak terpisah. (Kartini Pramono, 1985)
  1. Nilai Seni
Dilihat dari sudut mediumnya suatu karya seni mempunyai nilai indrawi yang menyebabkan seorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari ciri-ciri indrawi yang disajikan oleh suatu karya seni.
  1. Teori Penciptaan Seni
Seniman dalam menciptakan seni karyanya ada beberapa teori, diantaranya seperti yang dikemukakan The Liang Gie (1983) berikut ini.
    1. Metafisis
Teori ini merupakan salah satu teori tertua, yang berasal dari Plato. Megenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan. Karya seni yang duat manusia hanyalah minemis (tiruan) dari realita dunia.
    1. Teori Ekspresi (Pengungkapan)
Beneditto Crocce menyatakan bahwa seni adalah pengungkapan dari pesan-pesan.
    1. Teori psikologis
Sebagian ahli estetis dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisi dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan bawa sadar dari seorang seniman. Adapun karya seni ini merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan itu.
    1. Teori permainan (Play Teori)
Menurut V. Schiller, seni berawal dari dorongan batin untuk bermain-main yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. 

Related

filsafat 5696817862290697083

Posting Komentar

emo-but-icon

Popular Posts

LABEL

item