menjadi pekerja media online (#2)
http://catatancintaabadi.blogspot.com/2012/04/menjadi-pekerja-media-online-2.html
Tugasnya adalah mengedit tulisan. Di tempat saya bekerja itu, sama seperti halnya media-media online lainnya, berprinsip pada kecepatan. Soal ketepatan dan kedalaman berita itu cerita lain, diurutkan ke seribu. Akibatnya, banyak sekali tugas pengeditan yang saya hadapi setiap hari.
Bila pewarta atau asisten redaksinya itu paham bahasa atau paling tidak sadar bahasa, pastilah tugas pengeditan yang saya hadapi sedikit. Saya tidak mempersoalkan penumpukan tugas tersebut, melainkan ketepatan berita dan kecerdasan berita.
Cara kerja media onlineitu berbeda dengan cara kerja media cetak. Selain itu, berbeda pula hasil kerja media online dibandingkan dengan media cetak. Media cetak lebih luang, sehingga waktu untuk menghadapi serta menganalisis berita lebih dalam. Orang-orangnya, pun wartawannya, dalam pengalaman saya –dibandingkan dengan tempat saya bekerja dulu, Mimbar Politik (majalah politik yang naik turun dalam pengelolaan perusahaannya)- para wartawan juga keredaksian media cetak itu lebih cerdas dan lebih kritis. Karena, mereka memiliki waktu luang untuk berdiskusi, sementara di media online tidak. Bayangkan saja, di media online itu ditargetkan, menurut rekan wartawan saya, sehari harus menulis 10 berita. Saya jadi ingat pendapat, bahwa orang yang berpikiran besar akan menghasilkan karya yang besar. Sama halnya seperti itu, bahwa wartawan yang cerdas akan menghasilkan karya (tulisan) yang cerdas pula.
Pasti terbayangkan? Kesulitan bagi saya adalah, bila saya tidak memahami topik dan tidak memahami alur pemberitaan, ujung-ujungnya saya harus berkutat pada pendalaman topik berita lebih dahulu barulah saya ‘berani’ mengeditnya. Kalau tidak begitu, yang terjadi adalah salahkaprah pengeditan alias sok tahu.
Misalnya, di kanal budaya. Kalau saya tidak mendalami ilmu budaya dan tidak mendalami topik yang diangkat di dalam teks berita, buat apa saya mengedit? Pengeditan bukan semata mengedit teks, melainkan pengeditan yang lebih kompleks agar pembaca dapat memahami berita dengan baik. Pengeditan yang baik itu tidak melulu pengeditan tahap teks saja, tetapi juga pengeditan alur, logika wacana, dan penyesuaian makna (antara validitas berita dengan teks itu sendiri). Termasuklah pengeditan kanal budaya tadi, yang tidak melulu mengedit teks semata, tetapi saya harus paham kejian budaya, budaya praktis, dan sebagainya perihal budaya.
Begitulah, paparan sedikit tentang rupa kerja saya di media online. Semoga bermanfaat bagi calon pekerja media online, khususnya editor media online.