Pertarungan Calon Gubernur Jatim di Media, Sengit!
https://catatancintaabadi.blogspot.com/2013/08/pertarungan-calon-gubernur-jatim-di.html
Surabaya.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE
Pertarungan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur cukup ketat. Indonesia Indicator berhasil merekam kompetisi antar kandidat yang terpotret melalui berbagai pemberitaan media online se Indonesia.
Pergerakan pasangan petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa), Eggi Sudjana-Moch Sihat (Beres), Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah (Jempol) dan terakhir Khofifah Indar Parawansa-Herman Sumadiredja (Berkah) dinilai cukup dinamis.
Lembaga riset itu telah melakukan analisis media (survei media) sejak 1 Februari hingga 22 Agustus 2013, pukul 18.00 WIB. Analisis dilakukan berdasarkan monitoring ekspose media terhadap para kandidat. Monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan untuk Pilgub Jatim terdapat 3510 berita dari 107 media online.
"Kami menemukan beberapa hal yang menarik. Sebagai petahana, Soekarwo memiliki popularitas lebih tinggi dibandingkan kandidat lain. Popularitas ini dimunculkan dari berbagai aktivitas yang dilakukannya," terang Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang dalam siaran pers yang diterima redaksi, Jumat (23/8/2013).
Total ekspose yang diukur dalam 6 bulan terakhir menunjukkan bahwa Soekarwo-Saifullah lebih populer. Secara volume 47% pemberitaan media mengenai Pilkada Jatim didominasi oleh Soekarwo-Saifullah, disusul Khofifah-Herman 30%, Bambang-Said 18%, dan Eggi-Sihat 10%.
Namun, menurut Rustika, dalam 3 bulan terakhir popularitas dalam skala makro (dari seluruh media online di Indonesia) posisi pertama diduduki oleh Khofifah dengan merebut sebanyak 1584 berita, atau sekitar 38%, dalam topik Pilkada Jatim. Sementara itu Soekarwo mendapatkan porsi sebanyak 35%, yakni 1453 berita, disusul Bambang 17 % serta Eggi 10%.
Dalam siaran pers itu disebutkan, eskalasi ini terus berubah sepanjang waktu. Terutama dalam minggu-minggu terakhir masa kampanye, peta kekuatan popularitas masing-masing kandidat peta aktivitas dan dukungan, serta perbandingan antar kandidat bersaing keras.
Posisi Bambang menguat sejajar dengan Soekarwo. Hal ini disebabkan oleh kehadiran tokoh nasional Gubernur DKI Jokowi di Jatim. "Tidak ada campur tangan manusia sama sekali atas hasil yang ditunjukkan mesin," kata Rustika.
Jika Jokowi memberikan efek pemberitaan dalam pilkada Jabar (25%), Jateng (14%), dan Bali (21%), maka hal tersebut juga menurut Indonesia Indicator, berdampak di dalam pilkada Jatim sebanyak 13%. Jumlah pemberitaan kandidat yang diusung Jokowi, dalam hal ini Bambang, mendapat sumbangan pemberitaan yang berasal dari kehadiran Jokowi.
Tentunya, hal tersebut berbeda dengan pada saat diumumkan KPU Jatim hanya 3 kandidat yang lolos sebagai calon gubernur Jatim. Saat itu, data menunjukkan bahwa posisi Soekarwo sangat dominan. Sebagai petahana, Soekarwo hampir pasti menang.
Namun munculnya kembali Khofifah dari monitoring Indonesia Indicator, mengubah tren popularitas kandidat bahkan posisinya melebihi Soekarwo dalam 2 bulan terakhir. Diduga karena bila bicara mengenai Jawa Timur, agak sulit untuk memisahkan dari organisasi massa terbesar Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam topik NU, pilkada Jatim mendapat perhatian cukup. Sejak Januari 2013 terdapat 657 dari 4487 pemberitaan mengenai pemilihan gubernur.
Nama Khofifah lebih banyak dibicarakan atau disebutkan. Angka pemberitaan Khofifah berjumlah 317, Saifullah Yusuf (pasangan Soekarwo) 189, dan Said Abdullah (pasangan Bambang) 59 berita. "Terlihat bahwa NU, secara umum, lebih terkait dengan aktivitas Khofifah dibandingkan kandidat lain," katanya.
Temuan lain Indonesia Indicator adalah tingginya pemberitaan mengenai isu kriminalisasi dan penzaliman terhadap Khofifah yang menempati porsi 18% dari seluruh pemberitaan Khofifah. "Dalam pengalaman Indonesia Indicator dalam menganalisis 8 pilkada terakhir di Indonesia, masa 3 bulan sebelum pencoblosan adalah masa kritis bagi seorang kandidat," terangnya.
Bila menghitung jumlah volume pemberitaan selama 3 bulan, lanjut dia, maka Soekarwo akan bersaing ketat dengan Khofifah. Melihat geliat dalam satu bulan terakhir, Bambang memiliki peluang untuk menjadi nomor dua. Namun apabila berpijak pada tren pemberitaan yang sedang berlangsung, maka dalam siaran pers itu disebut Khofifah akan menjadi pemenangnya.
Sebagai alat informasi, kata Rustika, media memiliki kekuatan untuk memengaruhi persepsi publik terhadap kandidat tertentu melalui pemberitaan, yang baik secara langsung maupun tak langsung akan memengaruhi sisi elektabilitas kandidat.
"Apa yang disampaikan melalui media, bisa menguatkan pilihan, namun bisa juga mengubah pilihan. Dalam hal ini, media berperan penting untuk menyosialisasikan popularitas seorang kandidat pada publiknya," terang Rustika.
Sumber : http://news.detik.com/surabaya/read/2013/08/23/161550/2338896/475/pertarungan-calon-gubernur-jatim-di-media-sengit
Pertarungan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur cukup ketat. Indonesia Indicator berhasil merekam kompetisi antar kandidat yang terpotret melalui berbagai pemberitaan media online se Indonesia.
Pergerakan pasangan petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa), Eggi Sudjana-Moch Sihat (Beres), Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah (Jempol) dan terakhir Khofifah Indar Parawansa-Herman Sumadiredja (Berkah) dinilai cukup dinamis.
Lembaga riset itu telah melakukan analisis media (survei media) sejak 1 Februari hingga 22 Agustus 2013, pukul 18.00 WIB. Analisis dilakukan berdasarkan monitoring ekspose media terhadap para kandidat. Monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan untuk Pilgub Jatim terdapat 3510 berita dari 107 media online.
"Kami menemukan beberapa hal yang menarik. Sebagai petahana, Soekarwo memiliki popularitas lebih tinggi dibandingkan kandidat lain. Popularitas ini dimunculkan dari berbagai aktivitas yang dilakukannya," terang Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang dalam siaran pers yang diterima redaksi, Jumat (23/8/2013).
Total ekspose yang diukur dalam 6 bulan terakhir menunjukkan bahwa Soekarwo-Saifullah lebih populer. Secara volume 47% pemberitaan media mengenai Pilkada Jatim didominasi oleh Soekarwo-Saifullah, disusul Khofifah-Herman 30%, Bambang-Said 18%, dan Eggi-Sihat 10%.
Namun, menurut Rustika, dalam 3 bulan terakhir popularitas dalam skala makro (dari seluruh media online di Indonesia) posisi pertama diduduki oleh Khofifah dengan merebut sebanyak 1584 berita, atau sekitar 38%, dalam topik Pilkada Jatim. Sementara itu Soekarwo mendapatkan porsi sebanyak 35%, yakni 1453 berita, disusul Bambang 17 % serta Eggi 10%.
Dalam siaran pers itu disebutkan, eskalasi ini terus berubah sepanjang waktu. Terutama dalam minggu-minggu terakhir masa kampanye, peta kekuatan popularitas masing-masing kandidat peta aktivitas dan dukungan, serta perbandingan antar kandidat bersaing keras.
Posisi Bambang menguat sejajar dengan Soekarwo. Hal ini disebabkan oleh kehadiran tokoh nasional Gubernur DKI Jokowi di Jatim. "Tidak ada campur tangan manusia sama sekali atas hasil yang ditunjukkan mesin," kata Rustika.
Jika Jokowi memberikan efek pemberitaan dalam pilkada Jabar (25%), Jateng (14%), dan Bali (21%), maka hal tersebut juga menurut Indonesia Indicator, berdampak di dalam pilkada Jatim sebanyak 13%. Jumlah pemberitaan kandidat yang diusung Jokowi, dalam hal ini Bambang, mendapat sumbangan pemberitaan yang berasal dari kehadiran Jokowi.
Tentunya, hal tersebut berbeda dengan pada saat diumumkan KPU Jatim hanya 3 kandidat yang lolos sebagai calon gubernur Jatim. Saat itu, data menunjukkan bahwa posisi Soekarwo sangat dominan. Sebagai petahana, Soekarwo hampir pasti menang.
Namun munculnya kembali Khofifah dari monitoring Indonesia Indicator, mengubah tren popularitas kandidat bahkan posisinya melebihi Soekarwo dalam 2 bulan terakhir. Diduga karena bila bicara mengenai Jawa Timur, agak sulit untuk memisahkan dari organisasi massa terbesar Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam topik NU, pilkada Jatim mendapat perhatian cukup. Sejak Januari 2013 terdapat 657 dari 4487 pemberitaan mengenai pemilihan gubernur.
Nama Khofifah lebih banyak dibicarakan atau disebutkan. Angka pemberitaan Khofifah berjumlah 317, Saifullah Yusuf (pasangan Soekarwo) 189, dan Said Abdullah (pasangan Bambang) 59 berita. "Terlihat bahwa NU, secara umum, lebih terkait dengan aktivitas Khofifah dibandingkan kandidat lain," katanya.
Temuan lain Indonesia Indicator adalah tingginya pemberitaan mengenai isu kriminalisasi dan penzaliman terhadap Khofifah yang menempati porsi 18% dari seluruh pemberitaan Khofifah. "Dalam pengalaman Indonesia Indicator dalam menganalisis 8 pilkada terakhir di Indonesia, masa 3 bulan sebelum pencoblosan adalah masa kritis bagi seorang kandidat," terangnya.
Bila menghitung jumlah volume pemberitaan selama 3 bulan, lanjut dia, maka Soekarwo akan bersaing ketat dengan Khofifah. Melihat geliat dalam satu bulan terakhir, Bambang memiliki peluang untuk menjadi nomor dua. Namun apabila berpijak pada tren pemberitaan yang sedang berlangsung, maka dalam siaran pers itu disebut Khofifah akan menjadi pemenangnya.
Sebagai alat informasi, kata Rustika, media memiliki kekuatan untuk memengaruhi persepsi publik terhadap kandidat tertentu melalui pemberitaan, yang baik secara langsung maupun tak langsung akan memengaruhi sisi elektabilitas kandidat.
"Apa yang disampaikan melalui media, bisa menguatkan pilihan, namun bisa juga mengubah pilihan. Dalam hal ini, media berperan penting untuk menyosialisasikan popularitas seorang kandidat pada publiknya," terang Rustika.
Sumber : http://news.detik.com/surabaya/read/2013/08/23/161550/2338896/475/pertarungan-calon-gubernur-jatim-di-media-sengit